Minggu, 11 Januari 2009

Khasiat daun Binahong by Yulius Eka Agung Seputra,ST,MSi




Daun Binahong adalah jenis tanaman yang amat berkhasiat untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Beberapa lembar daun ini dikunyah hingga halus atau dimasak dengan segelas air dan diminum beserta ampasnya atau lebih mudah di jus atau diblender. Adapun khasiat dari daun tersebut sebagai berikut :

A. Kategori Penyakit berat :

Batuk/muntah darah : 10 lembar daun diminum setiap hari
Paru-paru/bolong : 10 lembar daun diminum setiap hari
Kencing manis : 11 lembar daun diminum setiap hari
Sesak nafas : 7 lembar daun diminum setiap hari
Borok akut(menahun) : 12 lembar daun diminum setiap hari
Patah tulang : 10-20 lb daun diminum setiap hari
Darah rendah : 8 lembar daun diminum setiap hari
Radang ginjal : 7 lembar daun diminum setiap hari
Gatal-gatal /eksim kulit : 10-15 lb daun diminum setiap hari
Gegar otak ringan/berat : 10 lembar daun diminum setiap hari.
B. Kategori Penyakit Ringan

Disentri/buang air besar : 10 lembar daun diminum setiap hari
Ambeyen berdarah : 16 lembar daun diminum setiap hari
Hidung mimisan : 4 lembar daun diminum setiap hari
Habis bedah/operasi : 20 lembar daun diminum setiap hari
Luka bakar : 10 lembar daun diminum setiap hari
Kecelakaan/benda tajam : 10 lembar daun diminum setiap hari
Jerawat : 8 lembar daun diminum setiap hari
Usus bengkak : 3 lembar daun diminum setiap hari
Gusi berdarah : 4 lembar daun diminum setiap hari
Kurang nafsu makan : 5 lembar daun diminum setiap hari
Kelancaran haid : 3 lembar daun diminum setiap hari
Habis bersalin/melahirkan : 7 lembar daun diminum setiap hari
Menjaga stamina tubuh : 1 lembar daun diminum setiap hari
Penghangat badan : 5 lembar daun diminum setiap hari
Lemah syahwat : 3-10 lb daun diminum setiap hari.

Label: , , , , , , , , , , , ,

Selasa, 30 Desember 2008

Manfaat Lettuce tree by Yulius Eka Agung Seputra,ST,MSi




Spesies :
Scaevola taccada Roxb.

Nama Inggris :
Sea lettuce tree .

Nama Lokal :
dudulan (Jawa), babakoan (Sunda), subong-subong (Bengkulu).

Deskripsi :
Semak tegak atau pohon kecil dengan ranting menggalah. Daun berseling, sebagian besar berkumpul di ujung dahan, menyudip sampai membundar telur sungsang. Perbungaan aksiler, percabangan jarang. Bunga tidak beraroma, putih sampai kuning muda. Buah pelok berdaging, putih saat matang, berbiji 2.

Distribusi/Penyebaran :
Scaevola taccada dijumpai dari Madagaskar ke arah timur ke Asia Tenggara, seluruh Malesia, daerah tropis Australia, Kepulauan Pasifik dan Hawaii. Jenis ini telah dibudidayakan dan tumbuh meliar di tenggara Amerika Serikat.

Habitat :
Scaevola taccada merupakan unsur pokok dari formasi Barringtonia. Umumnya terbatas di pantai, terbatas pada pantai berpasir atau daerah batu berkarang, kadang-kadang dijumpai di daratan di atol Pasifik di habitat terganggu yang banyak mendapat sinar matahari dan di permukaan batuan. Mampu tumbuh kuat dan bereaksi fisiologis, pada habitat pantai yang ditandai dengan variasi waktu dan ruang yang besar dengan salinitas substrat dan tingkat percikan garam. Ekspansi ke arah laut terbatas oleh kombinasi percikan garam dan salinitas substrat.

Perbanyakan :
Scaevola taccada dapat diperbanyak dengan biji dan stek. Biji batunya harus dipisahkan dari pulp sebelum ditanam. Setelah digosok dan dicuci, biji dikeringkan untuk disimpan. Biji batu lebih baik direndam air sejuk selama 24 jam dan ditutup dengan tanah sedikit pada tanah campuran di pot yang berdrainase baik. Perkecambahan akan memakan waktu sampai 3(—9) bulan. Perkecambahan dipercepat dengan direndam air laut, lebih cepat 1—2 minggu. Stek dengan panjang 50 cm, dengan daun bagian bawah dihilangkan, dan bagian atas dipotong. Kemudian ditanam pada campuran pot ringan yang berdrainase baik atau pada tanah berpasir, dengan disiram sekali sehari. Akar akan muncul dalam 2—3 bulan.

Manfaat tumbuhan :
Di seluruh Asia Tenggara dan Australia, cairan daun atau cairan buah yang matang yang telah diencerkan dari Scaevola taccada digunakan untuk menjernihkan mata buram dan menyembuhkan infeksi mata. Di Malaysia, daun yang pahit dapat dimakan untuk menyembuhkan gangguan pencernaan, dan tapal daunnya untuk sakit kepala. Di Indonesia, akarnya dimanfaatkan sebagai anti keracunan makan ikan atau kepiting. Di Filipina, rebusan akar dipakai untuk beri-beri dan untuk infeksi siphilis dan untuk disentri. Di Thailand, akar dan daunnya digunakan penyakit kulit. Di Finschafen (Papua Nugini), daun mudanya dikunyah dan direbus untuk teh atau jus dari daun yang telah dipanaskan dicampur dengan air untuk menyembuhkan batuk. Air dari daun dapat dipakai langsung untuk pegal-pegal. Daun mudanya juga dikunyah untuk meredakan batuk di pulau New Hanover, dan untuk mengobati tuberkulosis di pulau Karkar. Setelah lapisan epidermalnya dihilangkan, daun dapat dikunyah untuk mengobati malaria. Begitu pula di beberapa pulau di utara Nugini, daun digunakan untuk mengobati batuk atau flu. Di Irlandia Baru dan Milne Bay, ekstrak dari daun digunakan sebagai alat kontrasepsi wanita jangka panjang. Pemanfaatan yang lain meliputi menyembuhkan sakit telinga di pulau Manus, dan asma dan tuberkulosis di pulau Karkar. Di Australia utara jus yang diperas dari batang muda dan buah matang diusapkan langsung pada bekas gigitan atau sengatan. Di Samoa, daunnya digunakan untuk menyembuhkan penyakit kulit, bengkak-bengkak, sakit gajah, bengkak pada kantung kemaluan, flu dan salah cerna, akarnya dikenal baik untuk terapi kanker; pepagannya untuk abses, gangguan saat mensturasi dan patah tulang; batangnya untuk gangguan rongga perut. Di Western Highlands (Papua Nugini) jus dari batang Scaevola oppositifolia R.Br. dipakai untuk radang telinga. Di daerah lain di Nugini, air dari batang untuk membasuh mata lelah dan luka, dan dalam keadaan panas untuk bisul. Di seluruh Malesia, kayu dari bagian bawah batang yang tua dipakai sebagai paku dalam pembuatan kapal secara tradisional. Di Filipina, daunnya dipakai untuk rokok. Di samping nilaKarena informasi fitokimia dan farmakologi dari Scaevola taccada sangat sedikit maka perlu dilakukan penelitian di bidang tersebut yang nantinya dapat mengungkap potensi obat-obatannya. i keindahannya Scaevola taccada digunakan dalam stabilisasi tanah dan perlindungan dari angin dan semburan garam di daerah pantai.

Sinonim :
Lobelia taccada Gaertner , Scaevola sericea Vahl , Scaevola frutescens Krause .

Sumber Prosea :
12(2): Medicinal and poisonous plants 2 p.491-493 (author(s): Wardini, T.H.,)

Kategori :
Tumbuhan pantai

Label: , , , , , , , , ,

Jumat, 14 November 2008

Frekuensi Otak Manusia by Yulius Eka Agung Seputra,ST,MSi

Berdasarkan pemeriksaan dilaboratium, rumah sakit, atau pusat2 penelititan fungsi otak manusia, di Amerika, Eropah bahkan di Asia, bahwa otak (pusat syaraf) manusia, dapat diperiksa, dimonitor bahkan dapat direkam mempergunakan peralatan, yang disebut EEG atau electroencephalogram dan juga BRAIN MAPPING

Perbedaannya adalah bahwa Brain Mapping hanya memeriksa secara FISIK , gangguan, kerusakan atau kecacatan otak (pusat syaraf) tersebut, misalkan “tumor (kanker) otak, pecahnya pembulu darah otak (struck), benturan pada kepala dan seterusnya.”

Sedangkan EEG (electroencephalogram) , yang diperiksa, dimonitor dan direkam adalah GETARAN, frekwensi, sinyal atau GELOMBANG otaknya, yang kemudian di-“klasifikasi” kan kedalam beberapa kondisi kesadaran, bawah sadar, keadaan tidur atau mimpi dan seterusnya

Getaran atau frekwensi adalah jumlah pulsa (impuls) perdetik dengan satuan hz (khz atau Mhz), contoh frekwensi jala-jala listrik PLN untuk perumahan di-Indonesia adalah (50 Hz) pada tegangan 220/380 Volt AC.

Berdasarkan riset selama bertahun tahun, terutama di-Amerika, Eropah dan juga di Asia bahwa getaran/frekwensi otak (pusat syaraf) pada manusia, berbeda untuk setiap fase ( sadar, tidur ringan, tidur lelap/nyenyak, kesurupan/trance, panik ), sehingga beberapa ahli (dokter) dalam
bidang kejiwaan/psikiater, ( neurophysiologic ) dan dokter syaraf membuat suatu komitmen dan perjanjian sebagai berikut :

Getaran/Frekwensi :
• Gamma 16 Hz ~ 100 Hz
• Beta > 12 Hz
• SMR (SensoriMotor Rhythm) 12 Hz ~ 16 Hz
• Alpha ( Berger 's wave) 8 Hz ~ 12 Hz
• Theta 4 Hz ~ 8 Hz
• Delta 0.5 Hz ~ 4 Hz

sebenarnya keseluruhan frekwensi tersebut bergabung secara acak (berinterferensi), namun dengan EEG, frekwensi gelombang ini dapat dianalisa dan diuraikan satu persatu dengan catatan bahwa pada saat diukur, frekwensi mana yang paling dominan, serta memiliki amplitudo tertinggi, itulah yang dianggap dan berada pada fase tersebut, apakah fase Beta, Alpha, Theta atau Delta dan seterusnya Amplitudonya diukur dan berkisar antara 1 ~ 50 uVolt (microVolt), sedangkan arus listriknya tidak diperhitungkan.

GAMMA wave ( 16 hz ~ 100 hz )

Adalah getaran pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang mengalami “ aktifitas mental yang sangat tinggi”, misalnya sedang berada di arena pertandingan, perebutan kejuaraan, tampil dimuka umum, sangat panik, ketakutan, “nerveus”, kondisi ini dalam kesadaran penuh.

Berdasarkan penyelidikan Dr.Jeffrey.D.Thompson.D.C.B.F.A (Center for acoustic research) di atas gamma sebenarnya masih ada lagi yaitu gelombang Hypergamma ( tepat 100 Hz ) dan gelombang Lambda (tepat 200 Hz), akan berpengaruh serta dibahas diartikel khusus SUPRANATURAL, METAFISIKA dan LEVITASI.

BETA wave ( diatas 12 hz atau dari 12 hz s/d 19 hz )

Adalah getaran pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang mengalami “ aktifitas mental yang sadar penuh dan normal “ aktif, konsentrasi penuh dan dapat dibagi pula menjadi 3 kelompok, yaitu highbeta ( 19 Hz + ) yang overlap/transisi dengan getaran gamma , lalu getaran beta ( 15 hz ~ 18 hz ), juga overlap/transisi dengan getaran gamma, selanjutnya lowbeta (12 hz ~ 15 hz).


SMR wave atau SensoriMotor Rhytm ( 12 hz ~ 16 hz )


SMR sebenarnya masih masuk kelompok getaran lowbeta, namun mendapatkan
perhatian khusus dan juga baru dipelajari secara mendalam akhir2 ini oleh para ahli, karena penderita epilepsy , ADHD , ( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder juga disebut ADD-Attention Deficit Disorder) dan autism tidak memiliki dan tidak mampu ber-“konsentrasi penuh” atau “fokus” pada suatu hal yang dianggap penting, dengan perkataan lain otak (pusat syaraf) sedikit bahkan tidak sama sekali menghasilkan getaran SMR .

Sehingga setiap pengobatan, baik jiwa maupun fisiknya, ditujukan agar merespon getaran SMR tersebut, biasanya diaktifkan dengan biofeedback/neurofeedback .

ALPHA wave ( 8 hz ~ 12 hz )

Adalah gelombang pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami “releksasi” atau mulai istirahat dengan tanda2 mata mulai menutup atau mulai mengantuk, atau suatu fase dari keadaan sadar menjadi tak sadar (atau bawah sadar), namun tetap sadar (walaupun kelopak mata tertutup), disinilah saat2 penting dimana seorang ahli hipnotis, mulai melakukan aktifitas hipnotisnya untuk memberikan sugesti kepada pasiennya sesuai perintah yang direncanakan kepada yang dihipnotis (objek)

Pada tahap permulaan MEDITASI (meditasi ringan) juga akan memasuki fase gelombang alpha. Frekwensi alpha 8 ~ 12 hz , merupakan frekwensi pengendali, penghubung dan melakukan aktifitas yang berpusat di-sel2 thalamic ( electrical activity of thalamic pacemaker cells )

THETA wave ( 4 hz ~ 8 hz )

Adalah getaran pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami “ keadaan tidak sadar atau tidur ringan ” atau sangat mengantuk , tanda2nya napas mulai melambat, dalam dan panjang, dibandingkan biasanya.

Jika dalam keadaan sadar (tidak tidur), kondisi ini masuk kefase atau dibawah pengaruh “trance”, kesurupan, hipnosis, MEDITASI DALAM, atau sedang menjalani ritual2 agama, atau mengalirnya tenaga psikologi (Prana/Yoga, Reiki, Chi, Chi Kung).

Dalam kondisi yang sadar (tidak tidur dan tidak dibawah pengaruh hipnotis, kesurupan atau epilepsi), seorang anak yang normal ( < 12 th) masih dapat memiliki getaran frekwensi theta, akan hilang sedikit demi sedikit setelah menjelang dewasa (kecuali pada saat menjelang tidur)

Seorang anak (terutama bayi dan balita), rata2 tidur lebih dari 12 jam setiap harinya, sehingga pada pusat syarafnya (otak) lebih banyak masuk dalam fase gelombang theta dan gelombang delta, ketimbang gelombang beta dan alpha, sehingga dalam kehidupan nyata sehari-harinya, lebih banyak cara berpikir yang tidak masuk akal (ber-angan2 atau seperti bermimpi
walaupun dalam kondisi sadar) dan sedikit demi sedikit akan berubah setelah menjelang remaja/dewasa.

Berdasarkan penyelidikan para ahli, bahwa banyak terjadi kecelakaan pesawat udara, tabrakan, kebakaran, kecelakaan kapal laut, biasanya anak balita selamat (walaupun tidak selalu terjadi), ini dikarenakan anak2 mudah memasuk fase2 gelombang theta yang lama dan permanen, baik dalam keadaan tidur, maupun sadar, sehingga pada gelombang2 theta inilah terjadi mukjijat atau keajaiban, artinya ada tangan2 ajaib yang tak terlihat yang menolong anak2 ini dari kecelakaan.

Anak INDIGO ( anak super cerdas dan memiliki indra ke-enam / ESP /Extra sensory perception), juga termasuk yang mudah memasuki fase gelombang theta yang cukup lama dan dapat permanen.

Komunikasi dengan TUHAN juga akan terjadi apabila sebagai manusia biasa dapat memasuki fase gelombang theta (batas alpha - theta), misalnya pada saat kita berdoa, meditasi, melakukan ritual2 agama (apapun agamanya), sadar atau tidak sadar, mengerti atau tidak mengerti mengenai gelombang theta, apabila getaran otaknya diukur dengan EEG, maka dapat dipastikan bahwa pada saat itu sedang masuk difase gelombang theta (batas alpha-theta), sehingga bagi para ahli, akan berpendapat bahwa disetiap otak manusia ada terdapat yang disebut "GOD SPOT"

Sedangkan dalam kondisi tidur normal, seseorang pasti akan memasuki fase gelombang theta, walaupun hanya sebentar terutama secara periodik akan berpindah/bergeser ke-gelombang delta dan kembali ke theta berkali-kali diikuti getaran pelopak mata yang dikenal dengan REM ( rapid eyes movement ) dan Non REM atau NREM ( non rapid eyes movement ) selama tidur normal 7 ~ 8 jam perhari (lihat grafik dibawah), pada stage 1 dan 2 .

Schumann Resonance ( 7.83 Hz)

Schumann Resonance adalah getaran alam semesta pada frekwensi 7.83 Hz yang juga masuk dalam kelompok gelombang theta, dianggap sebagai suatu keadaan mental seseorang yang apabila otak (pusat syaraf) nya mampu mengikuti resonansi ini akan masuk keadaan supranatural . ( ESP-extra sensory perception, hipnotis, telepati dan fenomena serta aktifitas
mental lainnya)

Sedangkan Schumann resonance serta frekwensi diatasnya masuk kelompok frekwensi ELF (extremely low frequency pada bandwith 3 ~ 30 hz dan frekwensi infrasonic )

DELTA wave ( 0.5 hz ~ 4 hz )

Adalah getaran pusat syaraf (otak) yang memiliki amplitudo yang besar dan frekwensi yang rendah, biasanya < 3 hz, yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami “ keadaan tidur sangat lelap” atau anak dibawah usia 13 th ketika dalam keadaan sadar penuh. Dalam keadaan normal, seorang dewasa yang sedang tidur pada malam hari (lihat grafik dibawah), pada stage 3 dan 4 , NREM bukan pada stage 1 dan 2.

Akhirnya berdasarkan penyelidikan para ahli, bahwa seseorang yang menderita atau gangguan otak (fisik, benturan otak, pendarahan otak dan koma), maka fase getaran yang terjadi akan didominasi oleh gelombang delta.

Penemuan baru dibidang frekwensi dan gelombang otak manusia oleh Dr. Jeffrey D. Thompson, D.C., B.F.A . ,dari Neuroacoustic research, bahwa masih ada gelombang dan frekwensi lain dibawah delta, atau dibawah 0.5 hz, yaitu frekwensi EPSILON, yang juga sangat mempengaruhi aktifitas mental seseorang dalam kemampuan supranatural, seperti pada gelombang theta diatas

Selasa, 08 Januari 2008

Tentang Asam Urat

Asam urat merupakan sebutan orang awam untuk rematik gout (gout
artritis).
Penyakit ini merupakan gangguan metabolik yang disebabkan asam urat
(uric acid)
yang menumpuk dalam jaringan tubuh. Asam urat adalah zat yang
merupakan hasil
akhir dari metabolisme purin dalam tubuh yang kemudian dibuang
melalui urin.
Pada kondisi gout, terdapat timbunan atau defosit kristal asam urat
di dalam
persendian.

Mengapa di sendi? Sendi merupakan bagian yang paling mudah
dihinggapi
kristal-kristal asam urat selain juga pada bagian kulit dan ginjal
yang
merupakan akibat dari penambahan kadar asam urat dalam darah.
Kristal-kristal
tersebut akan menyebar ke dalam rongga-rongga sendi sehingga
terjadilah
peradangan akut atau terjadi gout. Jika terjadi selama bertahun-
tahun, deposit
kristal asam urat dalam sendi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan
sendi
secara permanen.

Asam urat atau gout artritis lebih sering menyerang laki-laki
terutama yang
berumur di atas usia 30 tahun, karena umumnya laki-laki sudah
mempunyai kadar
asam urat yang tinggi dalam darahnya. Sedangkan kadar asam urat pada
wanita
umumnya rendah dan baru meningkat setelah menopause.

Produk buangan termasuk asam urat dan garam-garam anorganik dibuang
melalui
saluran ginjal, kandung kemih dan saluran kemih dalam bentuk urin.
Kegagalan
ginjal dalam proses pembuangan asam urat dalam jumlah yang cukup
banyak dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Hal tersebut juga dapat
menimbulkan
komplikasi lain yaitu pengendapan asam urat dalam ginjal yang
akhirnya terjadi
pembentukan batu ginjal dari kristal asam urat.

Serangan gout biasanya timbul secara mendadak/akut, kebanyakan
menyerang pada
malam hari. Jika gout menyerang, sendi-sendi yang terserang tampak
merah,
mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri
yang
sangat hebat, dan persendian sulit digerakan. Serangan pertama gout
pada
umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari
kaki, dan
seringkali hanya satu sendi yang diserang. Namun gejala–gejala
tersebut dapat
juga terjadi pada sendi lain seperti pada tumit, lutut, siku dan
lain-lain.

Dalam kasus encok kronis dapat timbul tofus yaitu endapan seperti
kapur di
kulit yang membentuk suatu tonjolan atau benjolan yang menandai
pengendapan
kristal asam urat. Tofus sering timbul pada daun telinga, siku,
tumit belakang
dan punggung tangan.

Berikut ini makanan yang dapat menaikkan kadar asam urat darah, yang
harus
dihindari atau dikontrol oleh penderita gout :
- jeroan seperti usus, limpa, paru, hati, jantung, dan otak.
- Melinjo dan olahannya seperti emping
- Kacang-kacangan yang dikeringkan beserta olahannya seperti
kedelai, - kacang
tanah, kacang hijau, toge, oncom, tempe, tahu.
- Makanan yang diawetkan seperti sarden, kornet.
- Kerang, kepiting, cumi-cumi, udang, ekstrak daging/kaldu
- Minuman beralkohol seperti bir, tape, ragi, tuak, dan minuman
hasil fermetasi
lainnya.
- Sayuran dan buah seperti : bayam, kangkung, daun singkong,
asparagus, kacang
polong, kacang buncis, kembang kol, nanas, durian, dan air kelapa.

Penderita juga dianjurkan untuk memperbanyak minum air putih karena
air
membantu mengeluarkan asam urat melalui urin.

Untuk memastikan seseorang terkena gout dapat dilakukan pemeriksaan
sebagai
berikut :
- pemeriksaan kadar asam urat di dalam darah
- Apabila kadar asam urat dalam darah pada laki-laki lebih dari 7
mg/dl dan
pada wanita lebih dari 6 mg/dl, maka dikatakan menderita asam urat
tinggi yang
memicu terjadinya gout.
- pemeriksaan kadar asam urat dalam urin per 24 jam
- kadar asam urat dalam urin berlebihan bila kadarnya lebih dari 800
mg/24 jam
pada diet biasa atau lebih dari 600 mg/ 24 jam pada diet bebas purin.

Senin, 07 Januari 2008

AIDS

Saat ini terdapat lebih dari 1,5 juta orang yang sudah mengidap
virus HIV (virus penyebab AIDS). Kalau kita amati lagi ternyata
tidak ada satupun pembatas budaya, agama ataupun geografis yang
berhasil menutup masuknya perkembangan wabah ini pada suatu daerah.
Salah satu hal yang membuat sulit untuk menghambat lajunya
penyebaran HIV ini adalah karena kurangnya informasi. Sehingga
banyak yang tidak tahu bahwa walaupun AIDS berbahaya, kita masih
bisa mencegahnya.

Jadi prinsipnya:
Semakin banyak kita tahu tentang AIDS, semakin besar kesempatan
untuk mencegahnya!

Kita harap Anda juga dapat bekerja sama untuk mencegah AIDS di
lingkungan kita. Gampang, kok! Dengan pengetahuan yang lengkap,
siapa saja dapat mencegah AIDS untuk dirinya sendiri juga sekaligus
membantu untuk pencegahan AIDS di kota tercinta ini.

Oke-deh.... informasi dasar AIDS bisa kamu baca dari tulisan berikut.

AIDS adalah penyakit yang mematikan. AIDS adalah singkatan
dari "Acquired Immune Deficiency Syndrome," artinya "kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan karena menurunnya sistem kekebalan tubuh."

AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus
ini dapat menular lewat tiga cairan tubuh pengidap HIV yaitu:

darah
cairan sperma
cairan vagina
Kalau ada salah satu saja dari 3 cairan di atas yang mengandung HIV
masuk ke dalam aliran darah kita, maka kita bisa ketularan HIV.

HIV dapat menyerang sistem kekebalan tubuh

Sesudah HIV masuk ke aliran darah, virus ini mulai menyerang dan
membunuh sel-sel T4 (salah satu jenis sel darah putih yang sangat
berperan pada sistem kekebalan tubuh untuk melumpuhkan bibit
penyakit).

HIV masuk sel T-4 dan memperbanyak diri, kemudian mencari dan
membunuh sel-sel T4 lain yang belum terinfeksi.

Setelah jumlah HIV menjadi demikian banyaknya akhirnya sistem
kekebalan tubuh tidak mampu melawan penyakit-penyakit lain yang
masuk.

Pengidap HIV tidak dapat dibedakan dengan seorang yang belum
terinfeksi. Dalam waktu 2 - 10 tahun sesudah terinfeksi HIV, sangat
mungkin gejala- gejala yang terkait dengan AIDS tidak akan terlihat
sama sekali.

Berarti seorang pengidap HIV dapat tetap merasa dan kelihatan sehat
dalam waktu yang panjang.

Akan tetapi orang tersebut sudah dapat menularkan HIV kepada orang
lain. Karena itu kita harus berhati-hati jika melakukan suatu
perilaku yang beresiko untuk penularan HIV.

Infeksi oportunistik
Pada saat sistem kekebalan tubuh pengidap HIV sudah sangat rendah,
beberapa penyakit yang sebenarnya tidak berbahaya bagi orang yang
sehat, akan mengambil "kesempatan" masuk ke dalam tubuh. Misalnya,
sejenis radang paru-paru, kanker kulit, TBC atau gangguan pada sel-
sel otak. Penyakit- penyakit ini akhirnya dapat menyebabkan kematian
bagi penderitanya.Tetapi karena tidak ada gejala yang spesifik,
hanya seorang dokter ahli yang dapat mendiagnosa AIDS.

HIV tidak mudah menular
Banyak orang yang mengira HIV mudah ditularkan. Padahal cairan yang
dapat menularkan hanya terdapat pada darah, cairan vagina dan cairan
sperma pengidap HIV. Maka hanya beberapa kegiatan tertentu saja yang
memungkinan cairan tersebut masuk ke tubuh kita.

Kegiatan yang dapat menularkan HIV:

1. Hubungan seks dengan seorang yang mengidap HIV. Data menunjukkan
bahwa 80% kasus HIV/AIDS yang ada di Indonesia ditularkan meialui
hubungan seks.

2. Menggunakan jarum suntik yang sudah tercemar HIV tanpa
disterilkan terlebih dahulu. Bisa juga alat tajam lain seperti jarum
tato atau jarum tindik.

3. Melakukan transfusi darah yang sudah mengandung HIV.

4. Dari ibu yang mengidap HIV pada bayi di kandungannya. Kemungkinan
penularan meialui cara ini adalah 30%. jadi tidak semua bayi yang
dilahirkan dari ibu HIV+ akan terinfeksi

Berarti semua orang dapat tertular HIV jika melakukan kegiatan
beresiko.

AIDS tidak menular melalui:

penggunaan peralatan makan bersama (piring, sendok, garpu, gelas,
dll)
penggunaan pakaian bergantian (baju, celana, handuk, dll)
kolam renang
WC, kamar mandi umum
gigitan nyamuk
ludah, keringat, aira mata, air kencing
ciuman, pelukan
Pencegahan AIDS

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk pencegahan penularan
HIV/AIDS. Langkah pertama adalah mempelajari dan mengetahui fakta
tentang AIDS yang benar. Semakin banyak yang Anda ketahui tentang
AIDS, semakin kecil resiko Anda untuk ketularan. Yang terpenting
adalah melakukan perilaku bertanggungjawab

Pencegahan AIDS melalui SEKS:

Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.

Untuk yang sudah aktif secara seksual, Anda dapat mengurangi resiko
dengan:

hanya melakukan hubungan seks dengan mitra tunggal
menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks
mengobati penyakit kelamin jika ada
Perlu dipertimbangkan apakah perilaku kita telah sesuai dengan norma
agama dan norma masyarakat yang ada.

Pencegahan AIDS melalui DARAH:

Hanya menerima tranfusi darah yang bebas HIV. Dalam situasi darurat,
memilih donor darah yang sudah Anda kenal dan mempunyai resiko HIV
yang cukup rendah.

Pastikan bahwa jarum yang akan kamu pakai sudah steril:

gunakaniah jarum suntik yang baru, atau,
lakukan sterilisasi dengan membersihkan jarum menggunakan alkohol
atau pemutih.
Untuk perempuan yang mengidap HIV, sebaiknya mempertimbangkan resiko
HIV pada bayi sebelum hamil.

Anda juga harus peduli terhadap PMS(Penyakit Menular Seksual),
karena jika kita mempunyai PMS, resiko tertular HIV akan semakin
tinggi.

PMS adalah berbagai macam penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seks. Selain AIDS ada berbagai macam PMS, misalnya: kencing nanah
(GO), sipilis, klamidia, herpes, dll.

Sebagian PMS dapat terlihat gejaianya, sebagian lagi tidak. Gejala
tersebut dapat hilang tanpa diobati, tetapi bukan berarti
penyakitnya sudah sembuh. Dengan pengobatan yang benar, sebagian
besar PMS dapat diobati secara tuntas.

PMS dapat dicegah dengan cara yang sama dengan pencegahan AIDS.

PMS tidak dapat dicegah dengan:

mencuci alat kelamin sesudah hubungan seks
minum jamu tradisional
suntikan antibiotik
Selain menaikkan resiko tertular HIV, jika PMS tidak segera diobati
dapat menimbulkan berbagai akibat misalnya: kebutaan, kanker,
artitis (lemah tulang), cacat, kemandulan, lumpuh, penyakit jantung,
dan kerusakan otak.PMS juga dapat menular ke bayi di dalam kandungan.

Sabtu, 05 Januari 2008

Agrimony (Hemp)

Agrimony (Hemp)
Botanical: Eupatorium cannabinum (LINN.)
Family: N.O. Compositae
Description
Constituents
Medicinal Action and Uses
Preparation
---Synonyms---Holy Rope. St. John's Herb.
---Part Used---Herb.

The Hemp Agrimony, Eupatorium Cannabinum, belongs to the great Composite order of plants. It is a very handsome, tall-growing perennial, common on the banks of rivers, sides of ditches, at the base of cliffs on the seashore, and in other damp places in most parts of Britain, and throughout Europe.



--------------------------------------------------------------------------------
----Description---The root-stock is woody and from it rises the erect round stems, growing from 2 to 5 feet high with short branches springing from the axils of the leaves, which are placed on it in pairs. The stems are reddish in colour, covered with downy hair and are woody below. They have a pleasant aromatic smell when cut.
The root-leaves are on long stalks, but the stem-leaves have only very short root-stalks. They are divided to their base into three, more rarely five, lance-shaped toothed lobes, the middle lobe much larger than the others, the general form of the leaf being similar to that of the Hemp (hence both the English name and the Latin specific name, deriven from cannabis, hemp). In small plants the leaves are sometimes undivided. They have a bitter taste, and their pungent smell is reminiscent of an umbelliferous rather than of a composite plant. All the leaves bear distinct, short hairs, and are sparingly sprinkled with small inconspicuous, resinous dots.

The plant blooms in late summer and autumn, the flower heads being arranged in crowded masses of a dull lilac colour at the top of the stem or branches. Each little composite head consists of about five or six florets. The corolla has five short teeth; though generally light purple or reddish lilac, it sometimes may be nearly white; it is covered with scattered resinous points. The anthers of the stamens are brown, and the very long style is white. The crown of hairs, or pappus, on the angled fruit is of a dirty white colour.

We sometimes find the plant called 'St. John's Herb,' and on account of the hempen-shaped leaves, it was also formerly called, in some districts, 'Holy Rope,' being thus named after the rope with which the Saviour was bound.

---Constituents---The leaves contain a volatile oil, which acts on the kidneys, and likewise some tannin and a bitter chemical principle which will cut short the chill of intermittent fever.

---Medicinal Action and Uses---Alternative and febrifuge. Though now little used medicinally, herbalists recognize its cathartic, diuretic and anti-scorbutic properties, and consider it a good remedy for purifying the blood, either used by itself, or in combination with other herbs. A homoeopathic tincture is prepared, given in frequent small well-diluted doses with water, for influenza, or for a similar feverish chill, and a tea made with boiling water poured on the dry leaves will give prompt relief if taken hot at the onset of a bilious catarrh or of influenza.

In Holland it was used by the peasants for jaundice with swollen feet, and given as an alternative or purifier of the blood in the spring and against scurvy. The leaves have been used in infusion as a tonic, and in the fen districts where it prevails, such medicines are very necessary. Country people used to lay the leaves on bread, considering that they thus prevented it from becoming mouldy.

---Preparation---Fluid extract, 10 to 60 drops.

According to Withering, an infusion of a handful of the fresh herb acts as a strong purgative and emetic. Boerhaave, the famous Dutch physician (1668-1738), recommends an infusion of the plant for fomenting ulcers and putrid sores, and Tournefort (Materia Medica, 1708) affirmed that the fresh-gathered root, boiled in ale, purges briskly, but without producing any bad effects, and stated that there were many instances of its having cured dropsy.

It had also the reputation of being a good wound herb, whether bruised or made into an ointment with lard.

Goats are said to be the only animals that will eat this plant.

Agrimony

Agrimony
Botanical: Agrimonia Eupatoria (LINN.)
Family: N.O. Rosaceae
Description
History
Constituents
Medicinal Action and Uses
Preparation
---Synonyms---Common Agrimony. Church Steeples. Cockeburr. Sticklewort. Philanthropos.
---Part Used---The herb.
---Habitat---The plant is found abundantly throughout England, on hedge-banks and the sides of fields, in dry thickets and on all waste places. In Scotland it is much more local and does not penetrate very far northward.
Agrimony has an old reputation as a popular, domestic medicinal herb, being a simple well known to all country-folk. It belongs to the Rose order of plants, and its slender spikes of yellow flowers, which are in bloom from June to early September, and the singularly beautiful form of its much-cut-into leaves, make it one of the most graceful of our smaller herbs.



--------------------------------------------------------------------------------
---Description---From the long, black and somewhat woody perennial root, the erect cylindrical and slightly rough stem rises 1 or 2 feet, sometimes more, mostly unbranched, or very slightly branched in large specimens. The leaves are numerous and very rich in outline, those near the ground are often 7 or 8 inches long, while the upper ones are generally only about 3 inches in length. They are pinnate in form, i.e. divided up to the mid-rib into pairs of leaflets. The graduation in the size and richness of the leaves is noticeable: all are very similar in general character, but the upper leaves have far fewer leaflets than the lower, and such leaflets as there are, are less cut into segments and have altogether a simpler outline. The leaflets vary very considerably in size, as besides the six or eight large lateral leaflets and the terminal one, the mid-rib is fringed with several others that are very much smaller than these and ranged in the intervals between them. The main leaflets increase in size towards the apex of the leaf, where they are 1 to 1 1/2 inches long. They are oblong-oval in shape, toothed, downy above and more densely so beneath.
The flowers, though small, are numerous, arranged closely on slender, terminal spikes, which lengthen much when the blossoms have withered and the seed-vessels are maturing. At the base of each flower, which is placed stalkless on the long spike, is a small bract, cleft into three acute segments. The flowers, about 3/8 inch across, have five conspicuous and spreading petals, which are egg-shaped in form and somewhat narrow in proportion to their length, slightly notched at the end and of a bright yellow colour. The stamens are five to twelve in number. The flowers face boldly outwards and upwards towards the light, but after they have withered, the calyx points downwards. It becomes rather woody, thickly covered at the end with a mass of small bristly hairs, that spread and develop into a burr-like form. Its sides are furrowed and nearly straight, about 1/5 inch long, and the mouth, about as wide, is surmounted by an enlarged ring armed with spines, of which the outer ones are shorter and spreading, and the inner ones longer and erect.

The whole plant is deep green and covered with soft hairs, and has a slightly aromatic scent; even the small root is sweet scented, especially in spring. The spikes of flowers emit a most refreshing and spicy odour like that of apricots. The leaves when dry retain most of their fragrant odour, as well as the flowers, and Agrimony was once much sought after as a substitute or addition to tea, adding a peculiar delicacy and aroma to its flavour. Agrimony is one of the plants from the dried leaves of which in some country districts is brewed what is called 'a spring drink,' or 'diet drink,' a compound made by the infusion of several herbs and drunk in spring time as a purifier of the blood. In France, where herbal teas or tisanes are more employed than here, it is stated that Agrimony tea, for its fragrancy, as well as for its virtues, is often drunk as a beverage at table.

The plant is subject to a considerable amount of variation, some specimens being far larger than others, much more clothed with hairs and with other minor differences. It has, therefore, by some botanists, been divided into two species, but the division is now scarcely maintained. The larger variety, having also a greater fragrance, was named Agrimonia odorata.

The long flower-spikes of Agrimony have caused the name of 'Church Steeples' to be given the plant in some parts of the country. It also bears the title of 'Cockeburr,' 'Sticklewort' or 'Stickwort,' because its seed-vessels cling by the hooked ends of their stiff hairs to any person or animal coming into contact with the plant. It was, Gerard informs us, at one time called Philanthropos, according to some old writers, on account of its beneficent and valuable properties, others saying that the name arose from the circumstance of the seeds clinging to the garments of passers-by, as if desirous of accompanying them, and Gerard inclines to this latter interpretation of the name.

The whole plant yields a yellow dye: when gathered in September, the colour given is pale, much like that called nankeen; later in the year the dye is of a darker hue and will dye wool of a deep yellow. As it gives a good dye at all times and is a common plant, easily cultivated, it seems to deserve the notice of dyers.

Sheep and goats will eat this plant, but cattle, horses and swine leave it untouched.

---History---The name Agrimony is from Argemone, a word given by the Greeks to plants which were healing to the eyes, the name Eupatoria refers to Mithridates Eupator, a king who was a renowned concoctor of herbal remedies. The magic power of Agrimony is mentioned in an old English medical manuscript:
'If it be leyd under mann's heed,
He shal sleepyn as he were deed;
He shal never drede ne wakyn
Till fro under his heed it be takyn.'
Agrimony was one of the most famous vulnerary herbs. The Anglo-Saxons, who called it Garclive, taught that it would heal wounds, snake bites, warts, etc. In the time of Chaucer, when we find its name appearing in the form of Egrimoyne, it was used with Mugwort and vinegar for 'a bad back' and 'alle woundes': and one of these old writers recommends it to be taken with a mixture of pounded frogs and human blood, as a remedy for all internal haemorrhages. It formed an ingredient of the famous arquebusade water as prepared against wounds inflicted by an arquebus, or hand-gun, and was mentioned by Philip de Comines, in his account of the battle of Morat in 1476. In France, the eau de arquebusade is still applied for sprains and bruises, being carefully made from many aromatic herbs. It was at one time included in the London Materia Medica as a vulnerary herb, but modern official medicine does not recognize its virtues, though it is still fully appreciated in herbal practice as a mild astringent and tonic, useful in coughs, diarrhoea and relaxed bowels. By pouring a pint of boiling water on a handful of the dried herb - stem, leaves and flowers - an excellent gargle may be made for a relaxed throat, and a teacupful of the same infusion is recommended, taken cold three or four times in the day for looseness in the bowels, also for passive losses of blood. It may be given either in infusion or decoction.

---Constituents---Agrimony contains a particular volatile oil, which may be obtained from the plant by distillation and also a bitter principle. It yields in addition 5 per cent of tannin, so that its use in cottage medicine for gargles and as an astringent applicant to indolent ulcers and wounds is well justified. Owing to this presence of tannin, its use has been recommended in dressing leather.

---Medicinal Action and Uses---Astringent tonic, diuretic. Agrimony has had a great reputation for curing jaundice and other liver complaints. Gerard believed in its efficacy. He says: 'A decoction of the leaves is good for them that have naughty livers': and he tells us also that Pliny called it a 'herb of princely authoritie.' Dioscorides stated that it was not only 'a remedy for them that have bad livers,' but also 'for such as are bitten with serpents.' Dr. Hill, who from 1751 to 1771 published several works on Herbal medicine, recommends 'an infusion of 6 oz. of the crown of the root in a quart of boiling water, sweetened with honey and half a pint drank three times a day,' as an effectual remedy for jaundice. It gives tone to the system and promotes assimilation of food.

Agrimony is also considered a very useful agent in skin eruptions and diseases of the blood, pimples, blotches, etc. A strong decoction of the root and leaves, sweetened with honey or sugar, has been taken successfully to cure scrofulous sores, being administered two or three times a day, in doses of a wineglassful, persistently for several months. The same decoction is also often employed in rural districts as an application to ulcers.

---Preparation---Fluid extract dose, 10 to 60 drops.

In North America, it is said to be used in fevers with great success, by the Indians and Canadians.

In former days, it was sometimes given as a vermifuge, though that use; of it is obsolete.

In the Middle Ages, it was said to have magic powers, if laid under a man's head inducing heavy sleep till removed, but no narcotic properties are ascribed to it.

Green (Universal Herbal, 1832) tells us that 'its root appears to possess the properties of Peruvian bark in a very considerable degree, without manifesting any of its inconvenient qualities, and if taken in pretty large doses, either in decoction or powder, seldom fails to cure the ague.'

Culpepper (1652) recommends it, in addition to the uses already enumerated, for gout, 'either used outwardly in an oil or ointment, or inwardly, in an electuary or syrup, or concreted juice.' He praises its use externally, stating how sores may be cured 'by bathing and fomenting them with a decoction of this plant,' and that it heals 'all inward wounds, bruises, hurts and other distempers.' He continues: 'The decoction of the herb, made with wine and drunk, is good against the biting and stinging of serpents . . . it also helpeth the colic, cleanseth the breath and relieves the cough. A draught of the decoction taken warm before the fit first relieves and in time removes the tertian and quartian ague.' It 'draweth forth thorns, splinters of wood, or any such thing in the flesh. It helpeth to strengthen members that are out of joint.'

There are several other plants, not actually related botanically to the Common Agrimony, that were given the same name by the older herbalists because of their similar properties. These are the COMMON HEMP AGRIMONY, Eupatorium Cannabinum (Linn.) called by Gerard the Common Dutch Agrimony, and by Salmon, in his English Herbal (1710), Eupatorium Aquaticum mas, the Water Agrimony- also the plant now called the Trifid Bur-Marigold, Bidens tripartita (Linn.), but by older herbalists named the Water Hemp, Bastard Hemp and Bastard Agrimony. The name Bastard Agrimony has also been given to a species of true Agrimony, Agrimonium Agrimonoides, a native of Italy, growing in moist woods and among bushes.